Jumat, 06 Januari 2017

Kalah beradu Argumentasi, Ini yang Mereka Lakukan


Pemirsa, jumpa lagi bersama saya Rizal Setiawan dalam blog super ciamikkk ini. Dalam tulisan kali ini, saya akan mencoba untuk membahas mengenai suka duka dalam beradu argumentasi di dunia perfacebookan.

Tentu adu argumentasi yang saya maksudkan di sini akan saya persempit bahasannya  yaitu seputar adu argumentasi saya dengan orang orang yang sangat pro terhadap kebijakan bapak presiden kita beserta jajarannya itu.

Saya pribadi sebetulnya angat mendukung penuh kebijakan pemerintahan saat ini, bilamana kebijakan tersebut membawa kebaikan dan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia. Saya pribadi tidak 100 persen sepenuhnya menolak setiap kebijakan yang beliau keluarkan.

Akan tetapi, saya akan menolak, sekali lagi, menolak dengan keras segala bentuk kebijakan yang disinyalir akan membawa keburukan bagi bangsa dan negara tercinta ini.

Baik, kembali ke fokus tulisan kita kali ini. Ada kalanya saya pribadi sering menulis komentar komentar, baik itu komentar dipostingan teman facebook, ataupun komentar di postingan berita online yang hilir mudik di time line facebook saya.

Adakalanya, komentar saya ini di balas dengan dukungan sesama teman fb, namun adakalanya komentar saya ini di harus mendapat bully an habis habisan oleh pihak pihak yang memang merasa terganggu dengan komentar saya.

Nah, pada tulisan saya kali ini saya khusus akan membahas mengenai apa saja duka nya ketika saya mendapat teman adu argumentasi di dunia perfacebookan ini.

Karena judulnya adalah adu argumentasi, maka saya pribadi selalu berusaha untuk membawa fakta data yang ada dilapangan, tetapi ternyata data yang saya kemukakan di komentar saya tersebut di balas dengan komentar yang kadang kala tidak nyambung dengan pokok bahasan, yang pada akhirnya, ketika lawan adu argumentasi saya tersebut kalah dan tak berkutik lagi, maka mereka akan mengeluarkan jurus jurus pamungkasnya yang lain, apa sajakah itu? yuk simak liputan berikut ini, hehe

Pertama, ketika si nganu ini merasa kalah argumentasi atau kalah dalam berdebat, maka jurus pertama yang mereka akan keluarkan adalah, meminta kita untuk segera pindah negara, karena menurut mereka kita tidak layak tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, karena kerap melontarkan kritik kepada pemerintahan ini.

Nah, pertanyaannya, emang ini negara yang punya nenek moyang lu lu pade? seenaknya banget nyuruh pindah negara, mending klo dia ngasih tiket pesawatnya, ngasih biaya apartemennya untuk tempat tinggal, ngurusin visa nya, ngasih biaya kesehatannya, setidaknya buat bekal saya di negara yang baru, hadeuh wong dianya sendiri juga hidup susah di bawah rezim ini. lagaknya nyuruh pindah negara, apalagi itu kalo bukan belagu, ya ngga?

Kedua, ni yang berikutnya, level agak naik dikit. Kalau kemarin kemarin pas kalah debat, biasanya nyuruh pindah negara. Sekarang lain lagi deritanya, eh salah,, ceritanya. Nah sekarang giliran kalah debat, mereka demen banget yang namanya pindahin topik pembicaraan. Misal kita lagi ngebahas harga cabai naik, eh dia malahan bahas beritanya habib rizieq, kan kagak nyambung itu mah coy,, ah tapi sudahlah, mungkin mereka sudah lelah kali ya.

Pernah juga, saya ngomongin masalah berita hoax yang mengatakan bahwa jokowi menjadi pemimpin terbaik asia versi bloomberg, eh malahan dia kagak mau ngebahas itu, malah lari ke topik lain, apa yang dia bahas? mas rizal kenapa itu DP nya bendera Turki kenapa ngga bendera Merah Putih, ya elaaah, koq jadi pindah topik aja ni. Pertanyaan saya masih belum di jawab, udah main pindah topik aja. Anda mengalaminya juga? hanya ada satu kata buat anda, sabar.

Ketiga, nah ini level nya agak naik dikit, mungkin ilmu nya udah agak mahir dalam berdebat.

Biasanya, ketika kalah dalam berdebat, mereka akan menyerang karakter kita. Serangan tersebut bisa dala artian mengomentari bentuk fisik tubuh kita, membully asal daerah kita, menyudutkan almamater kampus kita, sekolah kita atau tempat kerja kita. Nah ada juga kawan saya yang diserang dengan lebih brutal lagi, meng edit foto kawan saya iyi lalu kemudian di kirim ke kekuarganya via akun saudaranya, di embel embeli dengan sesuatu yang tidak pada tempatnya, pembunuhan karakter, bahasa mudahnya; memfitnah kita.

Atau, hal lain yang di lakukan adalah membuka aib aib kita di kolom komentar, dengan harapan orang lain akan menilai buruk diri kita. Atau mungkin bisa jadi, karena ga ada bahan yang perlu didikusikan, maka jurus terakhir yang dilakukan adalah dengan membuka aib yang ada pada diri kita. Itu.

Ke empat dan ini adalah jurus pamungkas untuk mereka pendukung si nganu apabila mereka kalah telak beradu argumentasi dengan kita, yaitu dengan memblokir akun facebook kita.

Blokir menurut mereka adalah solusi, supaya mereka tidak lagi di ganggu ataupun terjebak dengan perdebatan dengan kita dikemudian hari, karena ya itu tadi, ujung ujungnya mereka akan malu sendiri dengan sikap dan cinta buta mereka terhadap si nganu. Gimana tidak, fakta yang kita berikan sebetulnya tidak akan pernah bisa mereka bantah. Kalaupun di bantah yaitu tadi, mereka akan memainkan perdebatan dengan menggunakan jurus jurus atau tindakan yang telah saya jelaskan pada poin pertama sampai ketiga, ya polanya memang seperti itu itu aja hehe

Nah empat hal yang saya kemukakan diatas adalah ciri atau kebiasaan bagi mereka mereka yang sangat cinta mati terhadap si nganu, padahal sebetulnya mereka tak perlu melakukan hal hal yang demikian tersebut.

Seyogyanya, kritik terhadap pemerintah merupakan hal yang wajar. Tidak menyalahi konstitusi negara kita. Kritik bukanlah kegiatan makar kepada negara. Kritik bukanlah kejahatan layaknya terorisme. Kritik justru diperlukan demi terciptanya keseimbangan control and balance pada pemerintahan kita.

Sikap sikap diluar kewajaran para pendukung setia si nganu, justru telah mencederai kebebasan berpendapat yang dijamin UUD. Seyogyanya, semua pihak harus belajar berdemokrasi yang sesungguhnya, demokrasi yang menghargai pendapat. Bukan sebuah sikap cinta buta yang akan membawa kepada fanatisme sempit, yang akan merugikan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Saya, Rizal Setiawan, dan juga pastinya para pembaca semua, kita semua sangat menyayangi pemimpin kita, karena rasa sayang inilah, kita tidak mau beliau menjadi pemimpin munafik, menjadi pemimpin yang dimurkai Allah SWT,  tetapi kita ingin, pemimpin kita menjadi pemimpin yang seirama antara kata dan perbuatan, menjadi pemimpin yang sangat takut terhadap Rabb nya, menjadi pemimpin yang di cintai rakyatnya, serta pemimpin yang membawa indonesia menjadi negeri yang baldatun thoyyibatun warobbun ghofuuur. aamiin.

6 Januari 2017, Jeddah menjelang tengah malam..

#catatanrizal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar