Kamis, 13 Oktober 2016

Catatan di Arafah 2

Karena sesunguhnya, persaudaaraan sesama muslim itu meleburkan sekat sekat wilayah diantara saya dan beliau ini. Semua etnis, suku bangsa, bahasa, dan negara berkumpul di satu tempat, di satu waktu yang sama, memohon ampunan kepada Tuhan yang sama, Allah robbul'alamiin.

Mentauhidkannya, seraya bertakbir, bertasbih, bertahmid, dan bertahlil..

Menyadari bahwa kehidupan ini begitu fana, ada kehidupan yang kekal setelah kehidupan di dunia ini. Kehidupan akhirat.

Menyadari, bahwa dipadang arafah ini adalah miniatur dari perjalanan kita di padang mahsyar kelak, ketika matahari berada tak jauh dari kepala kita ini (menurut beberapa hadist jarak matahari dengan kepala kita dipadang mahsyar,  sekitar 1 mil), Saat ini saja, matahari yang jauhnya sekitar 149,6 juta kilometer begitu teriknya di padang arafah. Suhu bisa mencapai 45-50 derajat celcius.

Tak ada yang patut untuk disombongkan..

Menyadari, bahwa ketika Allah kembali mengambil ruh ini, yang tersisa adalah amal sholeh yang dikerjakan, amal jariah yang bermanfaat, serta anak yang sholeh yang mendoakannya. Selain itu.. tidak ada.

Tak ada yang patut untuk disombongkan..

karena yang dikenakan hanyalah dua helai kain putih, selain itu tak ada. Kecuali berbekal taqwa yang akan menjadi sebaik-baiknya bekal kita kelak.

●●●

#catatanselamadimekah
#MoslemBrother

note:
semoga hubungan Indonesia dengan Turki senantiasa terjalin dengan baik. Indonesia dan Turki memiliki sejarah yang sangat panjang, jauh sebelum negara Republik Indonesia diproklamasikan.

●●●

Diambil dari akun pribadi tertanggal 22 September 2016

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10209045355948357&substory_index=0&id=1151556078

Tidak ada komentar:

Posting Komentar