Sabtu, 03 Desember 2016

Menjaga Semangat Persatuan Pasca 212

Menjaga Semangat Persatuan Pasca 212

Alhamdulillah, kita bersyukur kepada Allah Subhanahu Wata'ala, acara Aksi Bela Islam 3 kemarin, Jumat 2 Desember 2016 berjalan dengan aman dan lancar.

Untuk saudaraku kaum muslimin muslimat yang kemarin hadir, bersyukur lah, bahwa anda semua hadir dan dapat mengikuti acara tersebut dengan baik, lancar dan penuh kekhusukan.

Momen indah nan penuh keberkahan, yang mungkin hanya akan terjadi sekali dalam hidup ini, doa dan dzikir serta di tutup dengan Sholat Jumat berjamaah. Sholat Jumat terbesar sepanjang sejarah Indonesia bahkan mungkin dunia.

Saya pribadi menyaksikan melalui streaming channel resmi Media Center Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI di youtube. Dan juga menyimak radio streaming melalui radio resmi Front Pembela Islam yang saya unduh melalui play store beberapa saat sebelum aksi di mulai.

Melalui media tersebut diatas, saya menyaksikan bagaimana  persatuan ummat dapat tercermin dari aksi tersebut. Islam yang damai dan rahmatan lil alamiin, islam yang tanpa sekat apapun, melebur menjadi satu, di satu tempat.

Momen berkumpulnya ummat islam di area monas, seperti berkumpulnya jamaah haji pada saat wukuf di Arafah, di puncak musim haji.

Doa dan dzikir dilantunkan sepanjang pagi dan siang pada saat aksi kemarin, bedanya, wukuf di arafah dilaksanakan selepas waktu dzuhur hingga terbenamnya matahari.

Akan tetapi esensinya sama, beristighfar memohon ampun, berdoa untuk kebaikan diri, keluarga dan negara, serta memperbanyak mengingat Allah subhanahu wata'ala.

Dari persamaan tersebut, seyogyanya, sebagai muslim, kita harus menjaga dengan betul, apa yang telah kita laksanakan dalam  aksi tersebut.

Saya meyakini, bila ada yang memohon ampun kepada Allah pada saat aksi kemarin, sampai meneteskan air mata, bahkan sampai tak ada lagi air mata yang keluar, saya pribadi meyakini, insya Allah, Allah menerima taubatnya.

Bila ada yang mendoakan kebaikan diri, keluarga, serta negeri kita tercinta, Indonesia, saya pun meyakini, insya Allah, Allah kabulkan doanya.

Pun bila kita berdoa, semoga negeri kita dipimpin oleh pemimpin yang amanah, yang adil, yang pro terhadap kepentingan pribumi, bukan menjadi proxy asing dan aseng, maka saya yakin Allah akan mengabulkan doa kita semua, hanya masalah waktu saja.

Saya meyakini, kemarin di Monas, adalah tempat yang mustajab untuk berdoa, di hari Jumat, di saat hujan turun, Insya Allah semua doa kita akan langsung menuju langit, menembus langit, dan Allah Maha Tahu, Maha Kuasa atas segala sesuatu, Kun Fayakun.

Sahabatku yang seiman, aksi telah dilaksanakan, sekarang bagaimana kita menjaga apa yang telah kita dapatkan selama 212 berlangsung. Banyak hikmah dan pelajaran yang kita semua bisa dapatkan. Salah satunya, persatuan ummat islam Indonesia.

Melalui aksi 212, persatuan kita sebagai ummat Islam yang telah lama renggang, yang telah lama tersekat oleh banyak sekat yang (mungkin) tanpa kita sadari sekatnya kita buat sendiri. Melalui aksi 212, kita kembali tersadar, betapa kita sebagai muslim harus bersatu padu kembali membela Islam. Agama yang rahmatan lil alamiin ini.

Pasca 212, mari kita jaga diri kita, keluarga serta negara yang kita cintai ini, dari pihak pihak yang ingin negeri ini mengalami kehancuran. Mari kita jaga negeri kita ini, dari pihak asing dan aseng yang telah mencengkeram negeri kita lewat penjajahan model baru; dengan pemberian utang.

Pasca 212, mari kita jaga ukhuwah islamiyah yang telah kita rajut ini dengan baik. Bahwa, kita sebetulnya memiliki musuh yang sama, yaitu ketidakadilan dan para proxy asing dan aseng di tanah nusantara ini.

Saya menyimak baik, khutbah yang disampaikan khatib pada saat aksi 212, bahwa kita ummat islam tidak ada masalah dengan perbedaan, kita tidak ada masalah dengan suatu etnis tertentu, kita tidak ada masalah dengan kebhinekaan, kita tidak ada masalah dengan itu semua, yang ummat islam tuntut adalah, persamaan dalam hukum. Bahwa hukum harus ditegakkan seadil adilnya bagi siapa saja, termasuk penegakan hukum bagi penista agama. Siapapun dia orangnya.

Aksi sudah dilaksanakan dengan sangat baik, langkah selanjutnya adalah mengawal terus kasus penistaan agama oleh BTP ini dengan serius, transparan dan berkeadilan.

Semoga pemimpin negeri yang kemarin ikut mendengarkan khotbah Jumat, juga ikut bersama sama mengawal kasus ini dengan sebaik baiknya. Tidak melindungi penista agama.

Akan tetapi bila ternyata, pemimpin negeri ini masih juga melindungi penista agama, maka kemungkinannya ada dua; pertama, pemimpin kita tertidur saat khatib sedang berkhutbah, atau yang kedua, telinganya telah tuli..

3 Desember 2016

Catatan Rizal, Penting dan perlu

#catatanrizal
#aksisuperdamai212
#aksibelasislam3
#tangkapahok
#penjarakanahok

Tidak ada komentar:

Posting Komentar